Headline - CFO BMW: Sengketa AS-China Tekan Laba Kami

INILAHCOM, Frankfurt - Chief financial officer raksasa mobil Jerman BMW mengatakan bahwa ketegangan antara China dan Amerika Serikat yang bisa meningkat dalam beberapa pekan mendatang bisa memicu margin keuntungan perusahaannya berkurang.

AS telah mengancam serangkaian tarif global yang akan berdampak negatif pada produsen mobil Eropa. Satu kekhawatiran bagi BMW adalah ancaman AS untuk menaikkan tarif impor pada mobil asing. Meskipun Presiden Donald Trump telah menunda keputusan mengenai hal itu sampai sekitar akhir November.

Nicolas Peter mengatakan perusahaannya “paling siap” untuk mengatasi tarif perdagangan tetapi langkah-langkah lebih lanjut yang diancam oleh Washington akan berdampak.

“Jika ketegangan antara AS dan China akan semakin meningkat ini akan berdampak negatif pada P + L kami (untung dan rugi) tetapi kami masih memiliki waktu beberapa bulan dan saya benar-benar berharap para politisi akan masuk akal. solusinya,” katanya di Frankfurt Motor Show, Senin (9/9/2019) seperti mengutip cnbc.com.

Data pada hari Senin mengungkapkan bahwa pengiriman global BMW Group naik 4,4% pada Agustus jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu. Total penjualan perusahaan sepanjang 2019 hingga akhir Agustus adalah 1.617.512 unit,kenaikan 1,3% pada skala waktu 2018 yang sebanding.

Pada akhir 2020, BMW Group menginginkan "10 kendaraan listrik baru atau yang direvisi di pasaran."

Perusahaan bertujuan untuk memiliki 25 model listrik di jalan atau dalam pengembangan pada 2023. Dikatakan lebih dari setengahnya akan sepenuhnya listrik. Peter mengatakan hari Senin bahwa BMW sudah memiliki "mungkin yang paling lengkap" kisaran mobil listrik.

CFO memperingatkan bahwa biaya tambahan untuk memproduksi kendaraan listrik adalah salah satu alasan utama untuk program pemotongan biaya yang bertujuan untuk mengurangi pengeluaran biaya tetap sebesar 12 miliar euro pada tahun-tahun mendatang.

"Teknologi ini datang dengan tambahan biaya pasti dan ini adalah tantangan utama yang kami hadapi di industri kami," katanya.