Headline - IHSG Masih dalam Tren Konsolidasi
INILAHCOM, Jakarta - IHSG terlihat masih berada di fase konsolidasi dalam tren turun jangka menengah. IHSG masih bergerak melemah, meski pasar saham dunia bergerak menguat, karena terdorong oleh sentimen positif kesepakatan perang dagang AS-China.
Menurut praktisi pasar modal, Stefanus Mulyadi Handoko, kabar terbaru mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump tidak setuju untuk menarik tarif impor sebagai bagian kesepakatan damai dagang fase pertama seperti yang dilaporkan oleh pihak China. "Kabar ini dapat membuat kesepakatan dagang dengan China menjadi mentah lagi, sehingga akan menjadi sentimen negatif bagi bursa saham global pada pekan ini," demikian seperti mengutip hasil risetnya, Minggu (10/11/2019).
Secara teknikal terlihat bahwa IHSG masih cenderung bergerak turun, namun terkonsolidasi dalam jangka pendek. Indikator teknikal MACD masih di bawah centreline, dengan bergerak mendatar cenderung turun. Kondisi ini mengindikasikan bahwa IHSG masih cenderung bergerak melemah.
"Diperkirakan untuk pekan ini, IHSG masih akan bergerak dalam rentang kisaran support 6.117 dan resistance di 6.305. Selama masih belum dapat menembus ke atas downtrend resistance line di 6.305, maka IHSG masih cenderung bergerak melemah."
Untuk pekan ini, pelaku pasar akan mencermati data perdagangan dalam negeri dan ekspor-impor bulan Oktober yang akan dirilis pada hari Jum’at (16/11/2019). Sedangkan dari luar negeri, data dan agenda ekonomi penting yang akan menjadi perhatian dari pelaku pasar diantaranya adalah Senin 11 November 2019, rilis data perdagangan dan GDP Inggris. Selasa 12 November 2019, rilis data pekerjaan Inggris.
Rabu 13 November 2019, rilis indeks upah Australia, Rilis data inflasi Inggris, Rilis data inflasi AS, Pernyataan ketua The Fed Jerome Powell. Kamis 14 November 2019, rilis data pekerjaan Australia, Rilis data penjualan ritel Inggris, Rilis data GDP zona eropa, Pernyataan ketua The Fed Jerome Powell. Jum’at 15 November 2019, rilis data penjualan ritel AS.
Rekor di Bursa Saham AS
Sementara bursa saham AS berakhir menguat pada perdagangan akhir pekan dan kembali membukukan rekor penutupan tertinggi, seiring dengan sentimen positif damai dagang AS-China. Optimisme damai dagang muncul setelah adanya laporan dari Kementerian Perdagangan China bahwa kedua negara telah setuju membatalkan kenaikan tarif yang sempat diberlakukan, sebagai bagian dari syarat kesepakatan negosiasi dagang fase pertama.
Sentimen positif juga datang dari aspek fundamental di mana mayoritas emiten AS telah melaporkan kinerja kuartal III-2019 di atas ekspektasi. Dari 446 emiten dalam indeks S&P 500 yang telah menerbitkan kinerja kuartalan, sekitar tiga perempat telah mengalahkan estimasi laba.
Sentimen ini berhasil memicu keluarnya dana dari obligasi AS dan balik kembali ke bursa saham. Dow Jones berakhir naik tipis 6,44 poin (+0,02%) menjadi 27.681,24, S&P 500 menguat 7,9 poin (+0,26%) ke level 3.093,08 dan Nasdaq meningkat 40,80 poin (+0,48%) ke posisi 8.475,31.
Secara mingguan, ketiga indeks bursa saham utama AS berhasil membukukan penguatan. Dow Jones melanjutkan kenaikan minggu ke-3 beruntun, dengan mengalami kenaikan sebesar +1,22%. S&P 500 menguat +0,85% dan berhasil membukukan kenaikan minggu ke-5 berturut-turut. Sedangkan Nasdaq menutup kenaikan minggu ke-6 secara beruntun, setelah meningkat +1,06% dalam sepekan.
IHSG Melemah 0,4%
Sementara dari dalam negeri, IHSG berakhir menguat 12,361 poin (+0,20%) ke level 6.177,99 pada perdagangan akhir pekan. Investor asing mencatat penjualan bersih atau net sell senilai Rp 735 miliar di pasar reguler.
Meski menguat di akhir pekan, namun untuk sepanjang pekan kemarin IHSG masih tercatat melemah sebesar -0,47%, dengan diikuti oleh net sell investor asing sebesar Rp1,96 triliun di pasar reguler.
IHSG kembali melanjutkan penurunan 2 minggu beruntun, padahal kinerja bursa saham regional berhasil membukukan kenaikan, karena terdorong oleh sentimen positif dari harapan akan tercapainya kesepakatan negosiasi dagang AS-China fase pertama. Di sisi lain, beberapa data dari dalam negeri yang dirilis sebenarnya cukup bagus. BI melaporkan cadangan devisa akhir Oktober mengalami kenaikan sebesar US$ 2,4 miliar, menjadi US$ 126,7 miliar.
Sementara data pertumbuhan ekonomi Indonesia (PDB) di kuartal III-2019 mencapai 5,02%. Meski pertumbuhan ekonomi turun dibandingkan kuartal II-2019 namun masih di atas ekspektasi pasar. Sementara data defisit neraca transaksi berjalan (CAD) triwulan III tercatat sebesar US$ 7,7 miliar atau 2,7% dari PDB, turun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,9% dari PDB.
Walau demikian, sentimen-sentimen tersebut belum sanggup mengangkat performa IHSG. Kegagalan IHSG menguat karena terbebani oleh turunnya sektor perbankan dan konsumer. Permintaan Presiden Jokowi agar perbankan menurunkan suku bunga kredit, membuat mayoritas saham emiten bank buku IV bergerak melemah, dengan dipimpin oleh turunnya saham BBRI.
Sementara sektor konsumer terbebani oleh rilis data penjualan barang-barang ritel bulan September yang tumbuh melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Headline - IHSG Masih dalam Tren Konsolidasi"
Post a Comment